Masalah Penduduk
Banyak sekali permasalahan yang timbul di Negara-Negara belahan dunia. Masalah pertambahan penduduk, pembagian kerja, budaya dan sebagainya, secara garis besar masalah yang akhir-akhir ini di ekspose adalah masalah Hak Azazi Manusia (HAM), Pendidikan dan Kesejateraan. Bahkan Presiden (Indonesia) kita pun tersangkut masalah HAM, yang terjadi di Maluku selatan. Berbagai organisasi HAM di daerah Maluku Selatan secara khusus memulai menuntut untuk keadilan. Mereka melaporkan Bapak Negara (Indonesia) ke Mahkama Internasional, tersangkut masalah HAM.
Pada sisi lain, anggaran APBN yang tidak merunut dari UUD 1945 untuk pendidikan merupakan titik awal dari pokok permasalahan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang semakin mengila, membuat sebagian masyarakat tidak bisa mencapai bangku sekolah. Banyak pendidikan gratis di tawarkan pada setiap kampaye calon legislatif di daerah-daerah, tapi sampai saat ini tidak begitu terkuat rancangan program itu. Apapun program pendidikan dari pemerintah, sampai saat ini belum terasa manfaatnya untuk masyarakat secara umum. Ketika kita bertolak ke German, banyak sekali referensi mengenai pendidikan murah dan sebagainya. Bahkan warga Negara Non Germany, bisa merasakan pendidikan terjangkau itu.
Terlepas dari program pemerintah mengenai pemberdayaan element masyarakat, Indonesia masih jauh menuju kesejateraan dan pembagian kerja. Hal ini bisa kita rasakan dengan mata telanjang, seperti implementasi yang berubah dari program pemerintah terhadap Polisi Pamong Praja. Fenomena yang tercipta melalui budaya dan kebiasaan berfikir dari turun temurun yang di turunkan terhadap setip keturunan bahwa kesejahteraan itu tugas dari pimpinan bangsa.
Pada belahan dunia lain, Afrika. Tersorot jelas ketika menyelengarakan event terbesar di dunia, World Cup 2010. Kesejateraan serta kesenjangan yang terjadi di Arika Selatan jelas terkuak ketika segelintir masyarakatnya melakukan AKSI di waktu yang bersamaan dengan penyelengaraan kegiatan terdahsat di dunia itu. Mereka menyuarakan kebijakan pemerintah Afrika Selatan tidak tepat ketika mengalokasikan dana yang besar untuk event tersebut, di karenakan rakyat Afrika Selatan sendiri jauh dari bayang-bayang manfaat pada event tersebut.
2. A. Migrasi dalam ilmu sosial
Teori lama Ross Stelle, migrasi merupakan perpindahan dari rumah baru ke rumah lama, termasuk antar Negara. Selanjutnya PBB menetapkan bahwa migrasi ialah perpindahan batas administrasi (Sunarto, 1985).
Secara sosial migrasi bisa di katakan Gerak sosial (Mobilitas sosial) yaitu
perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social mobility)
B. Teori Dorong Tarik dalam ilmu social.
Everett S. Lee mengemukaan empat faktor yang mempengaruhi orang untuk bermigrasi yaitu,
1. Faktor yang terdapat di daerah asal.
- Sering terjadi bencana, ketidak nyamanan dan tidak merasa aman.
# Sekelompok keluarga berpindah dari Provinsi NAD ke provinsi Lampung.
2. Faktor yang terdapat di daerah tujuan.
- Perkembangan teknologi dan industri yang menyediakan lapangan pekerjaan.
# Beberapa orang di tempatkan di daerah oleh perusahaannya.
3. Faktor rintangan.
- Terjadi konflik agama, sosial ataupun politik.
4. Faktor pribadi.
Jadi teori daya dorong dapat di jabarkan secara redaksi seperti, kerusakan SDA, pertentangan sosial-politik dan agama. Sedangkan daya tarik meliputi, sumber daya yang bisa bermanfaat, iklim, lingkungan dan tuntutan pekerjaan.
No comments:
Post a Comment